Festival Maebashi Hatsuichi

122_reh_MaebashiHatsuichiMatsuri

Image by JapanToday.com

Festival Maebashi Hatsuichi, yang diselenggarakan setiap tanggal 9 Januari di Prefektur Gunma, merupakan perayaan yang penuh makna, merayakan berakhirnya tahun sebelumnya dan menyambut datangnya keberuntungan untuk tahun mendatang. Festival ini telah menjadi tradisi yang berlangsung selama lebih dari 400 tahun, menjadikannya salah satu acara yang sangat dinanti oleh masyarakat setempat dan para pengunjung dari luar. Acara yang berlangsung di Kota Maebashi ini dikenal dengan suasana yang ramah keluarga, menawarkan beragam pertunjukan menarik, serta banyak kios pasar yang menyajikan makanan dan barang-barang khas daerah.

Salah satu atraksi utama dalam Festival Maebashi Hatsuichi adalah penghancuran boneka daruma berukuran besar yang mewakili tahun sebelumnya. Boneka daruma, yang selama ini dihubungkan dengan keberuntungan dan kemakmuran, menjadi simbol yang sangat penting dalam festival ini. Selama acara, masyarakat Maebashi dan pengunjung yang hadir mengumpulkan boneka daruma mereka yang sudah dipakai dan menyumbangkannya untuk dimusnahkan dalam api unggun besar. Ritual ini diyakini sebagai cara untuk mengirimkan boneka tersebut ke surga, sekaligus membersihkan diri dari segala keberuntungan atau nasib buruk tahun lalu dan membuka jalan bagi keberuntungan yang lebih baik di tahun yang baru.

M_01053_003

Image by JapanToday.com

Boneka daruma sendiri merupakan simbol yang memiliki makna mendalam dalam budaya Jepang. Boneka ini terinspirasi oleh legenda Bodhidharma, seorang biksu Buddha yang hidup sekitar abad kelima atau keenam dan dikenal karena menyebarkan ajaran Buddha ke seluruh Asia Selatan dan Timur. Dalam cerita, Bodhidharma menghabiskan waktu yang lama untuk meditasi, hingga mengalami kondisi fisik yang sangat buruk, bahkan kehilangan beberapa bagian tubuh. Boneka daruma menggambarkan sosok ini dengan hanya memiliki kepala dan tanpa tubuh, mencerminkan pengorbanan ekstrem yang dilakukan oleh Bodhidharma. Boneka daruma dikenal memiliki mata kosong, dan tradisi di Jepang adalah menggambar satu mata saat membuat permohonan. Ketika permohonan tersebut terkabul, mata kedua akan digambar sebagai tanda syukur.

Festival Maebashi Hatsuichi juga menawarkan kesempatan bagi pengunjung untuk merasakan manfaat dari tradisi unik ini, bahkan bagi mereka yang tidak memiliki boneka daruma untuk disumbangkan. Asap dari api unggun yang membakar boneka daruma dipercaya dapat memberikan manfaat kesehatan yang baik bagi siapa saja yang menghirupnya. Selain itu, festival ini diisi dengan berbagai penampilan menarik, seperti parade penari dan kuil portabel yang dipikul oleh para peserta, memberikan suasana yang penuh semangat dan kegembiraan. Para penampil ini berparade di sepanjang jalan utama, menambah kemeriahan suasana perayaan.

pixta_86991563_M

Image by JapanToday.com

Bagi masyarakat Maebashi, Festival Hatsuichi adalah momen yang sangat penting, terutama bagi para pemilik bisnis. Mereka datang untuk berharap agar bisnis mereka diberkahi dengan kesuksesan dan keberuntungan di tahun baru. Dengan berpartisipasi dalam festival ini, mereka meyakini bahwa mereka akan mendapatkan berkah yang dapat membawa kelancaran dalam usaha mereka. Festival ini menjadi ajang untuk saling berbagi harapan dan doa, sekaligus mempererat ikatan sosial di antara masyarakat setempat.

Tak hanya masyarakat Maebashi, Festival Hatsuichi juga menarik perhatian banyak wisatawan dari luar kota, bahkan luar negeri, yang tertarik untuk menyaksikan tradisi yang telah berlangsung selama ratusan tahun ini. Kota Takasaki, yang terletak sekitar 30 menit dari Kota Maebashi, merupakan pusat produksi boneka daruma terbesar di Prefektur Gunma dan menjadi destinasi utama bagi mereka yang ingin membeli boneka daruma sebagai simbol keberuntungan. Sebagai produsen boneka daruma terbesar di Jepang, Takasaki memainkan peran penting dalam menjaga kelangsungan tradisi ini, yang menjadi kebanggaan dan daya tarik budaya bagi masyarakat lokal maupun pengunjung.


Kapal Ikan Terbalik di Jepang Timur

20250106_04_1476916_L

Image by NHKWorldJapan

Sebuah kapal penangkap ikan Jepang bernama Daihachi Ohamamaru terbalik di lepas pantai Pasifik, sekitar 30 kilometer di timur Pelabuhan Kashima, Prefektur Ibaraki, Jepang, pada Senin, 6 Januari 2025. Insiden ini terjadi tidak lama setelah pukul 2 pagi waktu setempat, dan segera memicu respons dari Pasukan Penjaga Pantai Jepang. Kapal tersebut mengangkut total 20 orang, termasuk warga negara Jepang dan Indonesia, yang terlibat dalam kecelakaan tragis ini.

Dari 20 orang di atas kapal, tiga orang dilaporkan terlempar ke laut dan hingga kini masih belum ditemukan. Pasukan Penjaga Pantai Jepang segera meluncurkan operasi pencarian untuk menemukan korban yang hilang tersebut. Sementara itu, sebanyak 17 orang lainnya berhasil diselamatkan dalam keadaan selamat, meskipun dua di antaranya, yang merupakan warga negara Jepang, dinyatakan meninggal dunia akibat kecelakaan tersebut.

Kapal Daihachi Ohamamaru sedang berlayar untuk menangkap ikan sarden saat kecelakaan terjadi. Diketahui bahwa kapal itu terbalik sebelum akhirnya tenggelam di perairan tersebut. Proses penyelamatan berjalan cepat setelah kapal terbalik, namun faktor cuaca dan kondisi laut yang tidak menentu memperburuk situasi. Insiden ini menambah kecemasan akan keselamatan kapal-kapal yang beroperasi di wilayah tersebut, yang sering mengalami gelombang dan cuaca buruk.

afp_kapal_jepang_tenggelam

Image by NHKWorldJapan

Pihak berwenang Jepang, termasuk Pasukan Penjaga Pantai, terus berupaya untuk mencari tiga awak kapal yang hilang. Operasi pencarian melibatkan beberapa unit dari penjaga pantai, dan pihak berwenang juga telah berkoordinasi dengan keluarga korban untuk memberikan informasi terkait kondisi para korban yang selamat maupun yang meninggal.

Penyelidikan lebih lanjut mengenai penyebab terbaliknya kapal ini tengah dilakukan. Meskipun belum ada informasi resmi mengenai faktor penyebab utama kecelakaan ini, para pejabat mempertimbangkan beberapa kemungkinan, termasuk cuaca buruk dan kerusakan teknis pada kapal. Kejadian ini menjadi perhatian masyarakat Jepang dan internasional terkait keselamatan pelayaran, terutama bagi kapal-kapal penangkap ikan yang beroperasi di laut lepas.

Peristiwa ini juga memunculkan kekhawatiran lebih lanjut mengenai keselamatan pelayaran di perairan yang dikenal berisiko tinggi. Pihak berwenang berjanji akan mengusut tuntas penyebab kecelakaan ini agar kejadian serupa dapat dihindari di masa depan, serta memperkuat prosedur keselamatan bagi kapal-kapal yang beroperasi di daerah tersebut.


Ulat Sutra Jepang Jadi Serat Pertama di Dunia

294912-ulat

Image by JapanToday.com

Perusahaan Jepang, Kowa Co., telah mengembangkan produk serat ramah lingkungan dan tahan lama pertama di dunia yang berasal dari sutra ulat kantong. Serat ini, yang sangat kuat dan fleksibel, akan digunakan dalam aplikasi komersial untuk pertama kalinya. Kowa, yang berpusat di Nagoya, menjelaskan bahwa larva ngengat kantung menghasilkan benang serbaguna dari mulutnya untuk mengikat daun, ranting, dan bahan lainnya, membentuk sarang untuk melindungi diri mereka. Benang yang dapat terurai secara hayati ini terbukti lebih kuat dan lebih fleksibel dibandingkan dengan sutra yang diambil dari ulat sutra atau jaring laba-laba.

Kowa, yang bisnisnya meliputi perdagangan tekstil hingga pembuatan produk medis, telah mengembangkan lembaran dari benang ulat kantong yang dapat dicampur dengan polimer dan serat karbon. Lembaran tersebut digunakan dalam aplikasi seperti tongkat golf dan peralatan olahraga lainnya untuk menciptakan bahan yang ringan namun kuat. Inovasi ini menawarkan potensi besar untuk digunakan dalam berbagai produk yang membutuhkan kekuatan dan fleksibilitas tinggi.

Untuk mengekstrak benang tersebut, Kowa bekerja sama dengan Organisasi Penelitian Pertanian dan Pangan Nasional. Kolaborasi ini bertujuan untuk mengembangkan cara membesarkan serangga secara artifisial dan mengekstrak benang secara efisien. Proses ini memungkinkan perusahaan untuk memproduksi benang dalam jumlah besar tanpa mengganggu populasi alami ulat kantong.

Ulat-Sutra-2

Image by JapanToday.com

Kowa juga tengah bekerja sama dengan produsen peralatan olahraga untuk mengembangkan produk yang memanfaatkan benang ini. Perusahaan berharap serat tersebut dapat diterapkan dalam berbagai industri, termasuk sebagai material untuk suku cadang pesawat terbang dan rompi antipeluru. Potensi aplikasi produk ini sangat luas, mengingat kekuatan dan kelenturannya yang sangat baik.

Material baru ini diberi nama merek Minolon, yang terinspirasi dari nama Jepang untuk ulat kantong, minomushi. Kowa berencana untuk melakukan investasi besar, hingga puluhan miliar yen, untuk meningkatkan kapasitas manufaktur dan mengembangkan produk-produk baru yang memanfaatkan sifat-sifat unik sutra ulat kantong. Dengan investasi ini, Kowa berharap dapat memenuhi permintaan pasar yang terus berkembang untuk material ramah lingkungan dan berkelanjutan.

Keunggulan lain dari sutra ulat kantong adalah proses pemanenannya yang lebih ramah lingkungan. Berbeda dengan serikultur tradisional, di mana kepompong ulat sutra direbus bersama dengan ulat yang masih hidup, ulat kantong tidak terbunuh dalam proses pemanenan benang. Hal ini menambah nilai etis dan keberlanjutan dalam penggunaan benang ini, yang semakin menarik perhatian pasar global yang semakin peduli dengan isu-isu lingkungan.


WNI Wanita Ditangkap Usai Bunuh Bayinya

Screenshot 2024-12-26 083808

Image by Instagram (Viraldijepang)

Seorang wanita Indonesia berusia 19 tahun ditangkap di Kota Kagoshima, Jepang, karena dicurigai melakukan penyerangan dan pembunuhan terhadap bayi perempuan yang baru dilahirkannya. Wanita tersebut, yang bekerja sebagai perawat di sebuah rumah kelompok di Kota Kagoshima, diduga melahirkan bayi tersebut di kamar mandi fasilitas tempatnya bekerja sekitar pukul 11:30 pada tanggal 20 Desember lalu. Setelah melahirkan, wanita tersebut ditemukan dalam keadaan berjongkok di kamar mandi oleh seorang rekannya. Rekannya itu kemudian membawanya ke rumah sakit terdekat untuk mendapatkan perawatan medis.

Setelah dibawa ke rumah sakit, bayi perempuan yang baru dilahirkan tersebut dinyatakan meninggal dunia. Meskipun sudah mendapatkan perawatan medis, bayi itu tidak dapat diselamatkan. Pada tanggal 22 Desember, pihak rumah sakit mengonfirmasi bahwa penyebab kematian bayi tersebut adalah kegagalan banyak organ yang disebabkan oleh trauma kepala. Keadaan bayi yang sudah kritis ketika tiba di rumah sakit membuat upaya medis tidak membuahkan hasil.

Screenshot 2024-12-26 083905

Image by Instagram (Viraldijepang)

Wanita tersebut ditemukan sadar di bagian lain fasilitas tempat dia bekerja sebelum dibawa ke rumah sakit. Namun, hingga saat ini, polisi menduga bahwa ada kemungkinan wanita itu terlibat dalam kejadian tragis tersebut. Dalam interogasinya, wanita itu membantah tuduhan pembunuhan dan mengklaim bahwa dia tidak ingat apa yang terjadi setelah melahirkan. Meskipun demikian, dia mengakui bahwa bayi yang ditemukan memang adalah anaknya.

Pihak kepolisian yang menangani kasus ini tengah melakukan penyelidikan lebih lanjut untuk mengungkap kejadian yang sebenarnya. Polisi berusaha menggali lebih dalam mengenai keadaan dan kondisi wanita tersebut pada saat kejadian, karena dari keterangan yang diberikan, wanita itu tampak bingung dan tidak dapat memberikan penjelasan yang jelas mengenai peristiwa tersebut. Penyelidikan juga difokuskan pada kemungkinan faktor-faktor lain yang dapat memengaruhi peristiwa ini.

Screenshot 2024-12-26 083955

Image by Instagram (Viraldijepang)

Selain itu, polisi juga tengah menyelidiki apakah wanita tersebut mungkin mengalami gangguan mental atau tekanan emosional yang berpengaruh terhadap tindakannya. Beberapa spekulasi menyebutkan bahwa wanita itu mungkin merasa tertekan atau panik setelah melahirkan, yang dapat menyebabkan kebingungannya. Faktor-faktor psikologis seperti ini akan menjadi bagian penting dari penyelidikan lebih lanjut.

Kasus ini masih dalam tahap penyelidikan oleh pihak berwenang di Jepang. Polisi berusaha mengungkap secara rinci apa yang sebenarnya terjadi pada hari tersebut, termasuk apakah ada pihak lain yang terlibat atau apakah wanita tersebut mengalami masalah pribadi yang memengaruhi keputusannya. Pihak berwajib berharap bisa memberikan klarifikasi yang lebih jelas tentang motif di balik kejadian tragis ini setelah penyelidikan lebih lanjut dilakukan.


Jepang Rencanakan Pangkas 60% Emisi, Ahli Serukan Lebih Tinggi

1732591292-p82d09d5f01bc1d80ecf9c3078475bb53

Image by JapanToday.com

Pemerintah Jepang pada hari Selasa memperoleh persetujuan untuk rencana pengurangan emisi gas rumah kaca sebesar 60 persen pada tahun fiskal 2035, dibandingkan dengan tingkat emisi pada tahun fiskal 2013. Meskipun rencana ini telah disetujui, pemerintah menolak seruan dari para ahli untuk menetapkan target yang lebih ambisius. Dalam pertemuan gabungan yang melibatkan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kementerian Ekonomi, Perdagangan, dan Industri, para pejabat dan pakar juga sepakat mengenai target jangka panjang yang lebih tinggi, yakni pengurangan emisi sebesar 73 persen pada tahun fiskal 2040.

Target ini akan diserahkan ke Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada bulan Februari 2025, setelah melalui proses persiapan yang panjang. Namun, beberapa ahli yang terlibat dalam pertemuan tersebut mengkritik target ini, karena dianggap tidak cukup untuk memenuhi tujuan iklim global, khususnya untuk membatasi pemanasan global hingga 1,5°C di atas tingkat pra-industri, sebagaimana disepakati dalam Perjanjian Paris. Meskipun demikian, pemerintah tetap berpegang pada rencana ini, dengan alasan bahwa ini adalah langkah ambisius yang dapat dicapai tanpa mengorbankan pertumbuhan ekonomi.

Sebagai bagian dari rencana tersebut, pemerintah Jepang juga menguraikan target pengurangan emisi yang lebih spesifik di setiap sektor untuk tahun fiskal 2040. Di sektor bisnis, pemerintah menargetkan pengurangan emisi sebesar 74 hingga 83 persen, sementara sektor transportasi ditargetkan mengurangi emisi antara 64 hingga 82 persen. Di sektor rumah tangga, target pengurangan emisi diperkirakan mencapai 71 hingga 81 persen dibandingkan dengan tingkat emisi pada tahun fiskal 2013.

Industri-Japan

Image by JapanToday.com

Pembahasan mengenai target pengurangan emisi ini dimulai pada bulan Juni, dengan banyak ahli yang berpendapat bahwa target yang diajukan belum cukup agresif. Beberapa pakar mengutip perkiraan bahwa Jepang harus mengurangi emisi sebesar 66 persen pada tahun fiskal 2035 untuk mematuhi tujuan Perjanjian Paris. Kritik ini menyoroti kesenjangan antara ambisi Jepang dan kebutuhan global untuk menangani perubahan iklim dengan lebih cepat.

Seorang pejabat dari Kementerian Lingkungan Hidup Jepang membela rencana ini dengan menyatakan bahwa target yang ditetapkan sudah cukup ambisius dan bahwa pemerintah berkomitmen untuk mencapainya sambil tetap menjaga pertumbuhan ekonomi. Menurutnya, rencana ini mencerminkan keseimbangan yang hati-hati antara keberlanjutan lingkungan dan kebutuhan untuk menjaga daya saing ekonomi negara.

Saat ini, target pengurangan emisi Jepang adalah sebesar 46 persen pada tahun fiskal 2030, dibandingkan dengan tingkat emisi pada tahun fiskal 2013. Pemerintah Jepang juga berkomitmen untuk mencapai emisi nol bersih pada tahun 2050. Untuk mencapai tujuan jangka panjang ini, pemerintah merencanakan pengurangan emisi secara bertahap, dimulai dengan target pengurangan sebesar 60 persen pada tahun fiskal 2035 dan 73 persen pada tahun fiskal 2040.


Nissan – Honda akan Merger

Industri otomotif global dihebohkan dengan kabar bahwa dua raksasa otomotif Jepang, Nissan Motor dan Honda Motor, tengah menjajaki rencana penggabungan besar-besaran. Langkah ini diharapkan dapat meningkatkan daya saing kedua perusahaan dalam era kendaraan listrik dan teknologi swakemudi yang semakin kompetitif.

Menurut laporan Nikkei, kedua perusahaan akan segera menandatangani nota kesepahaman sebagai langkah awal untuk memulai pembahasan integrasi manajemen. Kesepakatan dasar ini ditargetkan tercapai pada 23 Desember, dengan rencana akhir penggabungan di bawah perusahaan induk pada Juni 2025.

Merger ini bertujuan untuk merampingkan operasional dan mempercepat pengembangan teknologi kendaraan listrik. Honda dilaporkan akan memimpin dalam pengelolaan perusahaan hasil merger, dengan mayoritas jajaran direktur berasal dari kandidat internal dan eksternal perusahaan tersebut.

Jika merger ini terwujud, kolaborasi antara Nissan, Honda, dan Mitsubishi Motors—yang juga berpotensi dilibatkan dalam kesepakatan—akan menciptakan grup otomotif terbesar ketiga di dunia. Dengan total penjualan tahunan sekitar 8 juta unit, grup ini akan berada di belakang Toyota Motor dan Volkswagen.

Namun, langkah ini tidak lepas dari tantangan. Para analis memperingatkan kemungkinan pengawasan ketat dari pemerintah Jepang terkait potensi pemutusan hubungan kerja (PHK) dan dampaknya pada aliansi Nissan dengan Renault.

Dalam menghadapi dominasi Tesla dan BYD dari China, merger ini dipandang sebagai strategi krusial. “Merger ini adalah langkah penting untuk menyatukan aset mereka, menghemat biaya, dan menciptakan teknologi masa depan,” ujar Peter Wells, profesor bisnis dan keberlanjutan dari Cardiff Business School.

Namun, spekulasi tetap ada. Editor Eksekutif Mergermarket, Lucinda Guthrie, mempertanyakan apakah ini akan menjadi merger penuh atau sekadar kemitraan strategis, mengingat riwayat pendekatan Foxconn kepada Nissan.

Laporan merger ini langsung berdampak pada pasar saham. Saham Nissan melonjak hingga 24% pada perdagangan terakhir, mencatatkan hari terbaik dalam 40 tahun terakhir. Sebaliknya, saham Honda di New York mengalami penurunan sebesar 3%.

Arifumi Yoshida dari Citi mencatat bahwa meskipun merger ini diperkirakan positif bagi Nissan dan Mitsubishi, dampaknya terhadap Honda masih menjadi perdebatan. “Keputusan ini mencerminkan transformasi besar industri otomotif di tengah persaingan global yang semakin ketat,” ungkap Yoshida.

Merger ini menjadi bukti bahwa kolaborasi lintas perusahaan besar menjadi kebutuhan untuk bertahan di era kendaraan listrik. Langkah ini diharapkan tidak hanya mengubah lanskap industri otomotif Jepang tetapi juga memengaruhi dinamika pasar global.


Jepang Permalukan Pelanggar Aturan Sampah

kota-di-jepang-ini-akan-mempermalukan-pelanggar-aturan-soal-sampah-apa-alasannya

Image by Detik.com

Jepang dikenal sebagai negara dengan kebijakan pengelolaan sampah yang sangat ketat, dengan proses pemilahan yang cukup rumit. Setiap wilayah di Jepang memiliki aturan dan prosedur yang berbeda dalam menangani sampah, dan sebagian besar kota-kota di Jepang hanya mengungkap pelanggar dari kalangan pelaku usaha, bukan individu. Namun, Kota Fukushima berencana untuk mengambil langkah lebih tegas dengan mengumumkan nama-nama pelanggar aturan soal sampah di situs pemerintah kota. Kebijakan ini akan berlaku mulai Maret 2025.

Fukushima akan melakukan pemeriksaan terhadap kantong-kantong sampah yang dianggap melanggar aturan, seperti sampah yang belum disortir dengan benar atau ukuran sampah yang melebihi batas. Petugas kebersihan akan menelusuri kantong sampah untuk menemukan dokumen yang bisa menunjukkan identitas pemiliknya, seperti surat atau dokumen lain. Setelah identitas pelanggar terungkap, mereka akan diberi teguran mulai dari teguran lisan, teguran tertulis, hingga yang terakhir adalah pengungkapan nama mereka di situs pemerintah kota. Kebijakan ini bertujuan untuk mendorong warga dan pelaku usaha agar lebih disiplin dalam memilah sampah dan mengurangi limbah.

4505cf50-be04-11ef-97a7-0ff098912783

Image by Detik.com

Sebelum kebijakan baru ini disahkan, petugas kebersihan biasanya menempelkan stiker pada kantong sampah sebagai tanda bahwa terdapat pelanggaran. Pemilik kantong sampah yang ditandai dengan stiker tersebut harus memilah ulang sampah mereka sesuai ketentuan yang berlaku. Namun, dengan peraturan yang baru, pelanggar yang tidak mematuhi aturan selama sepekan akan diberi sanksi lebih lanjut, termasuk pengungkapan nama mereka secara publik. Pihak berwenang Fukushima mengklaim bahwa inspeksi ini akan dilakukan dengan cara yang tertutup untuk menghindari masalah terkait pelanggaran privasi.

Wali Kota Fukushima, Hiroshi Kohata, mengatakan bahwa peraturan baru ini dimaksudkan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya pengelolaan sampah yang benar. Ia menekankan bahwa tidak ada yang ilegal dalam mempublikasikan identitas pelanggar yang tidak mematuhi peraturan dan tidak mengikuti arahan serta anjuran kota. Hal ini juga sejalan dengan upaya Jepang untuk mengurangi tumpukan sampah di tempat pembuangan akhir dan meningkatkan sistem pengelolaan limbah secara keseluruhan.

6ccb2950-bdc7-11ef-8760-a120edb06eb2

Image by Detik.com

Sistem pengelolaan sampah yang ketat di Jepang sudah diterapkan sejak tahun 1990-an, dengan target nasional untuk mengurangi sampah dan mempromosikan daur ulang. Setiap daerah memiliki cara berbeda dalam menyelaraskan kebijakan nasional ini. Di Fukushima, misalnya, kantong sampah harus diletakkan di tempat pengumpulan pada pukul 08.30 pagi, dan warga dilarang mengumpulkan sampah sebelum waktu yang ditentukan. Sampah dibagi menjadi kategori mudah terbakar, tidak mudah terbakar, dan dapat didaur ulang, dengan pengumpulan yang dijadwalkan pada waktu yang berbeda.

Salah satu kota yang paling ambisius dalam pengelolaan sampah adalah Kamikatsu. Di kota ini, warga memilah sampah menurut 45 kategori yang berbeda, yang menunjukkan komitmen mereka terhadap lingkungan. Di sisi lain, pemerintah Prefektur Kagoshima mewajibkan warga untuk menulis nama pada kantong sampah mereka sebagai bagian dari upaya untuk memastikan bahwa sampah dibuang dengan benar. Selain itu, Kota Chiba juga telah menguji coba sistem berbasis kecerdasan buatan untuk membantu warganya membuang sampah dengan cara yang lebih efisien dan tepat.


Jepang Temukan Obat Penumbuh Gigi

Gigi bisa tumbuh lagi! Para ahli di Jepang memprediksi terobosan besar dalam dunia kedokteran gigi: teknologi yang memungkinkan gigi yang hilang tumbuh kembali, tanpa perlu menggunakan gigi palsu atau implan. Inovasi ini didasarkan pada pengembangan obat eksperimental yang saat ini tengah diuji secara klinis. Seperti yang dijelaskan oleh Katsu Takahashi, Kepala Bedah Mulut di Rumah Sakit Kitano Medical Research Institute di Osaka, manusia sebenarnya memiliki tunas gigi generasi ketiga yang tersembunyi di bawah gusi. “Ini adalah teknologi yang benar-benar baru bagi dunia,” ungkap Takahashi.

Tim Takahashi telah memulai uji klinis di Rumah Sakit Universitas Kyoto sejak Oktober lalu, menggunakan obat ini pada subjek dewasa. Uji coba sebelumnya pada tikus dan musang menunjukkan bahwa pemblokiran protein USAG-1 dapat merangsang pertumbuhan gigi baru. Penelitian ini memiliki potensi besar untuk menggantikan metode prostetik seperti gigi palsu dan implan yang selama ini dianggap mahal dan invasif. “Mengembalikan gigi asli pasti memiliki kelebihannya,” tambah Takahashi.

Saat ini, prioritas utama adalah membantu pasien dengan kelainan genetik yang menyebabkan kehilangan banyak gigi permanen sejak lahir. Kondisi ini, yang memengaruhi sekitar 0,1 persen populasi, sering kali menimbulkan dampak psikologis yang serius, terutama di kalangan remaja. Jika hasil uji klinis ini berhasil, obat tersebut diperkirakan akan tersedia untuk digunakan pada anak-anak pada tahun 2030. “Obat ini dapat menjadi solusi yang sangat dibutuhkan,” ujar Takahashi.

Dukungan terhadap penelitian ini juga datang dari komunitas ilmiah internasional. Profesor Angray Kang dari Universitas Queen Mary London menyebut tim Takahashi sebagai yang terdepan dalam pengembangan teknologi regenerasi gigi. Namun, tantangan masih ada, terutama terkait kemampuan gigi baru untuk berfungsi dan terlihat seperti gigi asli. Jika berhasil, teknologi ini akan menjadi tonggak sejarah dalam dunia kedokteran gigi dan memberikan manfaat besar, terutama bagi populasi lansia Jepang.

“Harapannya, teknologi ini dapat memperpanjang harapan hidup sehat masyarakat, memberikan senyum baru bagi mereka yang kehilangan kepercayaan diri, dan menjadi harapan bagi generasi mendatang untuk hidup lebih baik,” tutup Takahashi penuh optimisme.


gigi yang sehat dan rapi adalah impian semua orang

Jepang-India Kembangkan Satelit Laser

6552fb1f29523

Image by JapanToday.com

Perusahaan rintisan luar angkasa dari Jepang dan India, Orbital Lasers dan InspeCity, telah sepakat untuk bekerja sama dalam mempelajari penggunaan satelit yang dilengkapi laser untuk mengatasi masalah sampah ruang angkasa. Kedua perusahaan tersebut berencana mengembangkan sistem inovatif yang dapat menghilangkan serpihan satelit dan sampah antariksa dengan menggunakan energi laser untuk menguapkan bagian permukaan serpihan. Pendekatan ini diharapkan dapat membantu mengurangi kemacetan di orbit dan memudahkan satelit servis untuk bertemu dengan objek yang terperangkap di orbit rendah Bumi.

Orbital Lasers, yang berkantor pusat di Tokyo, adalah perusahaan yang baru dibentuk oleh SKY Perfect JSAT, perusahaan satelit Jepang. Mereka sedang mengembangkan sistem laser untuk menghentikan rotasi sampah ruang angkasa dengan cara menguapkan permukaan serpihan tersebut. Ini bertujuan untuk mempermudah proses deorbiting atau penurunan orbit objek-objek luar angkasa yang tidak lagi berfungsi. Dengan teknologi ini, sampah ruang angkasa bisa dipindahkan atau dihancurkan, mengurangi risiko tabrakan dengan satelit aktif atau pesawat ruang angkasa lainnya.

InspeCity, perusahaan robotika asal India yang didirikan pada 2022, juga ikut terlibat dalam proyek ini dengan menjajaki peluang untuk menyediakan layanan luar angkasa seperti deorbiting satelit dan memperpanjang umur satelit yang masih berfungsi. Sistem yang dikembangkan oleh Orbital Lasers direncanakan untuk diuji coba di luar angkasa, dengan harapan dapat dipasok kepada operator satelit setelah tahun 2027. Teknologi ini dapat dipasang pada satelit milik InspeCity jika perusahaan memenuhi persyaratan regulasi di India dan Jepang, menurut Aditya Baraskar, pimpinan bisnis global Orbital Lasers.

satelit.jpg

Image by JapanToday.com

Kerja sama antara Orbital Lasers dan InspeCity ini didorong oleh meningkatnya kebutuhan untuk mengelola sampah ruang angkasa, terutama seiring dengan pesatnya pertumbuhan jumlah satelit yang diluncurkan ke orbit Bumi. Panel Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang menangani koordinasi lalu lintas ruang angkasa baru-baru ini mengingatkan bahwa tindakan segera diperlukan untuk melacak dan mengelola objek di orbit rendah Bumi, yang semakin padat akibat banyaknya konstelasi satelit yang diluncurkan oleh berbagai perusahaan. Tercatat lebih dari 100 perusahaan kini beroperasi di pasar layanan ruang angkasa, sebuah sektor yang semakin berkembang.

Proyek ini juga mencerminkan semakin eratnya hubungan antara Jepang dan India di sektor luar angkasa. Selain kerja sama dalam teknologi satelit, kedua negara juga bekerja bersama dalam misi Eksplorasi Kutub Bulan (LUPEX), yang direncanakan dapat diluncurkan pada 2026. Selain itu, perusahaan-perusahaan lain seperti Skyroot, pembuat roket asal India, dan ispace, perusahaan eksplorasi bulan asal Jepang, juga turut berkolaborasi dalam misi pengorbit bulan di masa depan. Kolaborasi ini semakin memperkuat kemitraan luar angkasa komersial kedua negara.

Masayasu Ishida, kepala eksekutif lembaga nirlaba SPACETIDE yang berbasis di Tokyo, menambahkan bahwa kemitraan ini didorong oleh saling melengkapi antara kemampuan teknologi Jepang dan pasar yang berkembang pesat di India. Sejak 2015, SPACETIDE telah menyelenggarakan konferensi bisnis ruang angkasa, yang mempertemukan berbagai pihak yang tertarik untuk mengembangkan solusi teknologi dan bisnis di luar angkasa. Kerja sama ini juga sejalan dengan kebijakan nasional India, seperti program Make in India, yang bertujuan untuk meningkatkan produksi lokal, termasuk di sektor luar angkasa.

Dengan kolaborasi yang semakin erat antara Jepang dan India, diharapkan kemajuan teknologi luar angkasa, termasuk solusi untuk mengatasi sampah ruang angkasa, dapat memberikan manfaat global. Inovasi seperti sistem laser ini tidak hanya akan membantu membersihkan orbit Bumi, tetapi juga membuka peluang baru untuk pengembangan layanan luar angkasa yang lebih aman dan berkelanjutan.


Jepang Targetkan Energi Terbarukan Jadi Sumber Utama pada 2040

pexels-kervin-3976320.jpg

Image by JapanToday.com

Jepang berencana menjadikan energi terbarukan sebagai sumber utama energi pada tahun 2040, seiring dengan upayanya untuk mencapai netralitas karbon pada pertengahan abad. Rencana ini diumumkan oleh pemerintah pada hari Selasa dan bertujuan untuk mengurangi ketergantungan negara tersebut pada energi fosil, yang masih mendominasi bauran energi Jepang. Sebagai bagian dari strategi tersebut, Jepang menargetkan energi terbarukan, seperti tenaga surya dan angin, untuk menyumbang antara 40 hingga 50 persen dari total pembangkitan listrik pada tahun 2040, sebuah lonjakan signifikan dari 23 persen pada tahun lalu.

Salah satu alasan penting di balik peralihan ini adalah untuk memenuhi permintaan energi yang terus meningkat, terutama dari industri teknologi seperti pabrik kecerdasan buatan dan mikrochip. Meskipun ada peningkatan dalam penggunaan energi terbarukan, pemerintah Jepang juga menegaskan kembali komitmennya untuk mempertahankan tenaga nuklir sebagai bagian dari solusi energi. Setelah bencana Fukushima pada 2011, Jepang sempat menghentikan pembangkit nuklirnya, namun kini secara bertahap kembali menggunakannya untuk mendiversifikasi sumber daya energi. Nuklir diharapkan akan memenuhi sekitar 20 persen dari kebutuhan energi Jepang pada tahun 2040, lebih dari dua kali lipat dari kontribusi nuklir pada tahun 2023 yang hanya sebesar 8,5 persen.

Pada saat yang sama, Jepang berupaya untuk mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil, yang pada tahun 2023 masih menyumbang hampir 70 persen dari total pembangkitan listrik. Pemerintah menargetkan pengurangan angka tersebut menjadi 30 hingga 40 persen pada tahun 2040. Langkah ini diharapkan dapat membantu Jepang mengurangi ketergantungan pada impor energi, yang pada 2023 menelan biaya sekitar $500 juta per hari. Rencana ini juga bertujuan untuk memastikan pasokan energi yang stabil dan mendukung proses dekarbonisasi negara tersebut, yang merupakan bagian dari komitmennya untuk menjadi netral karbon pada tahun 2050.

054580900_1708188349-7cdf177e-57ed-41da-9149-e3cf41dc48b2

Image by JapanToday.com

Namun, peralihan energi ini tidak bebas tantangan. Meskipun pemerintah Jepang menargetkan peningkatan penggunaan energi terbarukan, para aktivis lingkungan merasa bahwa langkah tersebut tidak cukup ambisius. Mereka berpendapat bahwa Jepang perlu mempercepat transisi ke energi bersih dengan target yang lebih tinggi dan lebih cepat. Greenpeace, misalnya, mengkritik rencana pemerintah yang dianggapnya terlambat dan tidak mencerminkan urgensi perubahan iklim. Menurut Greenpeace, Jepang harus lebih berani dalam mengadopsi energi terbarukan, yang bisa mencapai 60 hingga 80 persen dari total pembangkitan listrik jika kebijakan yang mendukung diberlakukan.

Selain itu, Jepang juga menghadapi tantangan dari ketegangan geopolitik yang memengaruhi pasokan energi global, seperti perang Ukraina dan ketegangan di Timur Tengah. Faktor-faktor ini semakin mendesak Jepang untuk meningkatkan ketahanan energi nasionalnya dengan memperluas penggunaan energi terbarukan dan nuklir. Rencana baru ini juga mencerminkan keinginan Jepang untuk memastikan bahwa sumber daya energi yang dimiliki negara tersebut tidak bergantung pada satu jenis sumber saja, guna menjaga keberlanjutan dan stabilitas pasokan energi dalam jangka panjang.

Meskipun ada kritik terhadap lambatnya langkah Jepang dalam transisi energi, sejumlah ahli energi percaya bahwa dengan kebijakan yang lebih mendukung, Jepang bisa mencapai tujuan yang lebih ambisius. Skema energi yang lebih beragam dan penggunaan teknologi baru seperti hidrogen dan amonia juga dapat mendukung transformasi sistem tenaga listrik Jepang. Untuk mencapai tujuan dekarbonisasi penuh pada tahun 2035, Jepang perlu mempercepat pengembangan energi terbarukan dan lebih mengurangi ketergantungan pada energi fosil.