Pada 21 Oktober 2025, Sanae Takaichi terpilih sebagai Perdana Menteri Jepang yang ke-104, menjadikannya wanita pertama yang memegang jabatan tersebut. Ia memenangkan pemilihan di Dewan Perwakilan Rakyat dengan meraih 237 suara, mengalahkan Yoshihiko Noda dari Partai Demokrat Konstitusional Jepang yang memperoleh 149 suara.
Latar Belakang dan Koalisi Pemerintahan
Takaichi, yang berusia 64 tahun, merupakan anggota dari Partai Demokrat Liberal (LDP) dan dikenal sebagai sosok konservatif yang mengagumi mantan Perdana Menteri Inggris, Margaret Thatcher. Ia menggantikan Shigeru Ishiba yang mengundurkan diri setelah LDP mengalami kekalahan dalam pemilu Juli lalu Untuk membentuk pemerintahan, LDP menjalin koalisi dengan Partai Inovasi Jepang (Japan Innovation Party), meskipun koalisi ini tidak memiliki mayoritas mutlak di parlemen.
Kebijakan dan Pandangan Sosial
Sebagai seorang konservatif, Takaichi menentang pernikahan sesama jenis dan penggunaan nama keluarga terpisah untuk pasangan yang menikah. Ia juga mendukung revisi konstitusi Jepang dan memperkuat hubungan dengan Taiwan, yang dapat mempengaruhi hubungan dengan China. Dalam kabinetnya, ia hanya menunjuk dua wanita, meskipun sebelumnya berjanji untuk meningkatkan representasi perempuan.
Tantangan dan Harapan
Takaichi menghadapi tantangan besar dalam mengelola ekonomi Jepang yang sedang tertekan, memperkuat hubungan diplomatik dengan negara-negara tetangga, dan menjaga stabilitas politik dalam koalisi yang rapuh. Meskipun demikian, banyak pihak berharap ia dapat membawa perubahan positif dalam kebijakan domestik dan internasional Jepang.