Pengadilan Tertinggi Jepang telah menolak banding para tunawisma yang bertahan di dalam kompleks fasilitas bantuan pekerja harian di Osaka, Nishinari-ku, yang ditutup untuk dibangun kembali karena kondisi bangunan yang sudah tua. Keputusan ini mengukuhkan kekalahan pihak tunawisma.
Mengenai fasilitas dukungan pekerja "Airin Comprehensive Center" di Osaka, Nishinari-ku yang akan dibangun kembali karena sudah tua, lima tahun lalu pemerintah pusat dan prefektur Osaka mengusir para pekerja dan menutup bangunan tersebut. Namun, setelah itu, para tunawisma tetap berada di sekitar pintu masuk kompleks, sehingga prefektur mengajukan gugatan untuk memaksa mereka pergi.
Dalam persidangan tingkat kedua, Pengadilan Tinggi Osaka pada Desember dua tahun lalu menyatakan bahwa "para tunawisma secara de facto menguasai seluruh lahan. Prefektur Osaka telah melakukan upaya untuk menghubungkan mereka dengan dukungan seperti permohonan penerimaan kesejahteraan sosial," dan memerintahkan pengusiran, mengikuti putusan pengadilan tingkat pertama. Pihak tunawisma kemudian mengajukan banding atas putusan tersebut.
Terkait ini, pada tanggal 29 Mei, Ketua Mahkamah Agung Bagian Pertama, Takaya Fukayama, memutuskan untuk menolak banding tersebut, sehingga kekalahan pihak tunawisma menjadi sebuah kepastian. Dengan putusan ini, prefektur Osaka dapat mengajukan permohonan untuk eksekusi paksa guna mengusir para tunawisma, dan tindakan prefektur ke depannya akan menjadi sorotan.
Meski Jepang dikenal sebagai negara yang maju dengan tingkat kebersihan dan keteraturan yang tinggi, ada beberapa daerah di negara ini yang diidentifikasi sebagai wilayah kumuh, salah satunya adalah Nishinari-ku di Osaka.
Nishinari-ku, terutama di sekitar area Kamagasaki, merupakan salah satu daerah paling terkenal di Jepang yang menghadapi masalah kemiskinan dan tunawisma. Wilayah ini telah lama menjadi pusat bagi pekerja harian dan tunawisma yang mencari pekerjaan tidak tetap. Berikut beberapa informasi mengenai sisi kumuh Jepang, khususnya Nishinari-ku:
Kamagasaki, yang secara resmi dikenal sebagai Airin-chiku, telah menjadi pusat pekerja harian sejak zaman Edo. Pada tahun 1960-an, daerah ini mulai dikenal luas sebagai daerah dengan konsentrasi tinggi pekerja harian dan tunawisma, terutama setelah kerusuhan besar yang terjadi di akhir dekade tersebut.
Banyak tunawisma di Kamagasaki tinggal di penginapan murah yang disebut "doya" atau di jalanan. Meskipun ada fasilitas dukungan seperti Airin Comprehensive Center, banyak dari mereka masih mengalami kesulitan dalam mendapatkan pekerjaan tetap dan tempat tinggal yang layak.
Pemerintah Osaka dan berbagai organisasi non-profit telah berupaya untuk memperbaiki kondisi di daerah ini. Berbagai program telah diluncurkan untuk memberikan dukungan kesehatan, pekerjaan, dan perumahan bagi para tunawisma dan pekerja harian. Namun, masalah ini masih belum sepenuhnya teratasi.
Daerah seperti Kamagasaki sering kali mendapat stigma negatif dari masyarakat umum. Hal ini menambah kesulitan bagi para penduduknya untuk mengakses peluang pekerjaan dan layanan sosial.
Ada rencana pengembangan ulang untuk memperbaiki infrastruktur dan kondisi hidup di Nishinari-ku. Namun, rencana ini sering kali menyebabkan konflik dengan penduduk lokal, terutama para tunawisma yang merasa terpinggirkan.
Mengatasi masalah kemiskinan dan tunawisma di daerah kumuh seperti Nishinari-ku memerlukan pendekatan yang komprehensif dan berkelanjutan. Dukungan pemerintah, keterlibatan masyarakat, serta pemahaman yang lebih dalam tentang akar permasalahan sangat penting untuk menciptakan perubahan yang nyata dan berkelanjutan.

Kondisi di salah satu kawasan kumuh
Image by Makoto Kawakami