339 Case Anak Hilang dalam 5 Tahun

Sebanyak 471 orang telah memberikan tanggapan dalam hasil survei terkait kejadian anak hilang di pusat layanan pascasekolah. Sekitar 1 dari 5 responden mengaku pernah mengalami atau menyaksikan kejadian serupa. Dalam wawancara eksklusif, kami mendengar kisah Chieko Masuki (46), seorang ibu dari Yokohama, Jepang, yang mengalami momen yang menggetarkan hati. Hal itu karena anaknya, Soshi (13), menghilang saat bermain di taman. Soshi, yang didiagnosis menderita spektrum autisme, rentan berlari tanpa arah ketika mendengar suara-suara tertentu, sehingga membutuhkan pengawasan ekstra saat berada di luar rumah.
Pada hari kejadian, Soshi tengah bermain di taman bersama staf pusat layanan, namun dalam sekejap, ia menghilang tanpa jejak ketika seorang staf lengah. Pencarian pun dilakukan dengan sigap, dan Soshi akhirnya ditemukan di sebuah pusat perbelanjaan sekitar 2 kilometer dari lokasi awalnya bermain. Namun, kejadian ini membekas lama bagi Chieko, yang merasa kesulitan membiarkan anaknya beranjak sendiri.
Kisah Chieko mencerminkan ketidakmampuan pusat layanan untuk menyediakan pengawasan yang memadai bagi anak-anak dengan kebutuhan khusus. Mayoritas staf mengeluhkan kurangnya personel sebagai salah satu tantangan utama. Di sebuah pusat di Osaka, di mana 31 anak dengan berbagai gangguan perkembangan diterima, hal serupa terjadi. Meskipun telah melampaui standar minimal yang ditetapkan pemerintah dengan menempatkan lebih dari dua staf untuk setiap sepuluh anak, mereka masih kesulitan menjaga keamanan anak-anak tersebut.
Beberapa insiden anak hilang di pusat layanan menyoroti kurangnya pengetahuan staf tentang kebutuhan khusus anak-anak tersebut. Seorang psikolog yang pernah bekerja di layanan pascasekolah menyatakan keprihatinannya akan kurangnya pemahaman staf tentang bagaimana menghadapi anak-anak dengan gangguan perkembangan. Sayangnya, pelatihan dan peningkatan pengetahuan tidak menjadi prioritas di banyak pusat layanan, yang mengakibatkan kurangnya pengertian tentang bagaimana cara terbaik mendukung anak-anak ini.
Pemerintah setempat juga menghadapi tantangan dalam memantau dan mengawasi pusat layanan pascasekolah. Dalam sepuluh tahun terakhir, jumlah pusat layanan di Kobe misalnya, terus bertambah. Ini tentu menyebabkan keterbatasan sumber daya manusia untuk memantau setiap pusat. Langkah-langkah seperti "dukungan berkeliling" yang diadopsi oleh pemerintah setempat bertujuan untuk meningkatkan kualitas layanan sambil memahami situasi di lapangan lebih baik.
Meskipun tantangan yang dihadapi pusat layanan pascasekolah, para ahli mendorong perubahan fokus dari "kuantitas" menjadi "kualitas". Mereka menekankan perlunya perubahan dalam sistem pembayaran yang mengkompensasi pusat layanan atas kualitas layanan daripada hanya kuantitas anak yang mereka layani. Sementara itu, lembaga pemerintah bertekad untuk terus meningkatkan pemahaman tentang kebutuhan anak-anak dengan gangguan perkembangan dan memastikan bahwa pusat layanan dapat memberikan lingkungan yang aman dan mendukung bagi mereka.

339 kasus anak hilang di jepang pada 5 tahun terakhir tentu menjadi keprihatinan bagi para orang tua
Ilustrasi anak Jepang

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Follow IG kami untuk update tercepat!

X
× How can I help you?