Masjid Keliling Buatan Jepang Siap Layani Komunitas Muslim di Daerah Krisis (Image by JapanToday)
Dua perusahaan Jepang di bidang kesehatan dan kesejahteraan, Yasu Project dan Relive, bekerja sama untuk menghadirkan masjid keliling yang dapat digunakan di zona bencana dan lokasi sementara lainnya. Proyek ini ditujukan untuk melayani komunitas Muslim yang terdampak krisis di berbagai penjuru dunia. Masjid keliling ini dibangun di atas truk Hino 10 roda dan dirancang agar bisa diperluas menjadi ruang salat seluas 48 meter persegi hanya dalam waktu lima menit. Dilengkapi dengan generator mandiri, empat unit pendingin udara, dan fasilitas mencuci, masjid ini memungkinkan umat Muslim tetap dapat beribadah dengan nyaman di tengah kondisi darurat.
CEO Yasu Project terinspirasi Emir Qatar, untuk bangun masjid keliling (Image by JapanToday)
CEO Yasu Project, Yasuharu Inoue, mengungkapkan bahwa ide pembuatan masjid keliling ini terinspirasi dari dorongan Emir Qatar setelah dirinya sering melakukan perjalanan ke Timur Tengah. Masjid bergerak pertama dibangun dengan biaya sekitar 85 juta yen, hasil kerja sama dengan Bank Doha dan Kamar Dagang. Proyek ini segera menarik perhatian media internasional dan bahkan mendapatkan klien pertamanya dari perusahaan minyak besar Arab Saudi, Aramco. Negara-negara seperti Indonesia dan Malaysia serta beberapa perusahaan Jepang juga telah menyatakan ketertarikannya terhadap inisiatif ini.
Bekerja sama dengan Relive yang dipimpin oleh Takashi Sasaki dan dukungan dari Manajer Dana umum, Shirato Taro (Image by JapanToday)
Relive, yang dipimpin oleh CEO Takashi Sasaki, kemudian bergabung dalam proyek ini untuk mendukung pendanaan dan memperkuat misi sosialnya. Sasaki menyarankan pembentukan organisasi khusus untuk mengelola dana, yang akan digunakan untuk menyumbangkan masjid keliling ke negara-negara kurang mampu. Tujuannya bukan hanya memberikan fasilitas ibadah, tetapi juga membawa pesan perdamaian dan mempererat hubungan antara Jepang dan dunia Islam, terutama di wilayah yang terdampak konflik atau bencana alam.
Inovasi ini dibuat sebagai bentuk jembatan perdamaian antara Jepang dan dunia Muslim (Image by JapanToday)
Manajer umum dana tersebut, Shirato Taro, yang juga mantan anggota Majelis Tokyo, menyoroti pentingnya menjunjung nilai-nilai persatuan di tengah meningkatnya polarisasi politik. Ia menekankan bahwa masjid keliling ini merupakan simbol hidup berdampingan secara harmonis. Inoue pun menyebutkan bahwa daerah-daerah yang menjadi target proyek meliputi wilayah konflik seperti Yaman, Irak, Gaza, dan Afrika, serta wilayah rawan bencana alam seperti Indonesia dan Iran. Proyek ini diharapkan dapat menjadi jembatan antarbudaya dan memperkuat solidaritas global di masa sulit.