Perusahaan rintisan luar angkasa dari Jepang dan India, Orbital Lasers dan InspeCity, telah sepakat untuk bekerja sama dalam mempelajari penggunaan satelit yang dilengkapi laser untuk mengatasi masalah sampah ruang angkasa. Kedua perusahaan tersebut berencana mengembangkan sistem inovatif yang dapat menghilangkan serpihan satelit dan sampah antariksa dengan menggunakan energi laser untuk menguapkan bagian permukaan serpihan. Pendekatan ini diharapkan dapat membantu mengurangi kemacetan di orbit dan memudahkan satelit servis untuk bertemu dengan objek yang terperangkap di orbit rendah Bumi.
Orbital Lasers, yang berkantor pusat di Tokyo, adalah perusahaan yang baru dibentuk oleh SKY Perfect JSAT, perusahaan satelit Jepang. Mereka sedang mengembangkan sistem laser untuk menghentikan rotasi sampah ruang angkasa dengan cara menguapkan permukaan serpihan tersebut. Ini bertujuan untuk mempermudah proses deorbiting atau penurunan orbit objek-objek luar angkasa yang tidak lagi berfungsi. Dengan teknologi ini, sampah ruang angkasa bisa dipindahkan atau dihancurkan, mengurangi risiko tabrakan dengan satelit aktif atau pesawat ruang angkasa lainnya.
InspeCity, perusahaan robotika asal India yang didirikan pada 2022, juga ikut terlibat dalam proyek ini dengan menjajaki peluang untuk menyediakan layanan luar angkasa seperti deorbiting satelit dan memperpanjang umur satelit yang masih berfungsi. Sistem yang dikembangkan oleh Orbital Lasers direncanakan untuk diuji coba di luar angkasa, dengan harapan dapat dipasok kepada operator satelit setelah tahun 2027. Teknologi ini dapat dipasang pada satelit milik InspeCity jika perusahaan memenuhi persyaratan regulasi di India dan Jepang, menurut Aditya Baraskar, pimpinan bisnis global Orbital Lasers.
Kerja sama antara Orbital Lasers dan InspeCity ini didorong oleh meningkatnya kebutuhan untuk mengelola sampah ruang angkasa, terutama seiring dengan pesatnya pertumbuhan jumlah satelit yang diluncurkan ke orbit Bumi. Panel Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang menangani koordinasi lalu lintas ruang angkasa baru-baru ini mengingatkan bahwa tindakan segera diperlukan untuk melacak dan mengelola objek di orbit rendah Bumi, yang semakin padat akibat banyaknya konstelasi satelit yang diluncurkan oleh berbagai perusahaan. Tercatat lebih dari 100 perusahaan kini beroperasi di pasar layanan ruang angkasa, sebuah sektor yang semakin berkembang.
Proyek ini juga mencerminkan semakin eratnya hubungan antara Jepang dan India di sektor luar angkasa. Selain kerja sama dalam teknologi satelit, kedua negara juga bekerja bersama dalam misi Eksplorasi Kutub Bulan (LUPEX), yang direncanakan dapat diluncurkan pada 2026. Selain itu, perusahaan-perusahaan lain seperti Skyroot, pembuat roket asal India, dan ispace, perusahaan eksplorasi bulan asal Jepang, juga turut berkolaborasi dalam misi pengorbit bulan di masa depan. Kolaborasi ini semakin memperkuat kemitraan luar angkasa komersial kedua negara.
Masayasu Ishida, kepala eksekutif lembaga nirlaba SPACETIDE yang berbasis di Tokyo, menambahkan bahwa kemitraan ini didorong oleh saling melengkapi antara kemampuan teknologi Jepang dan pasar yang berkembang pesat di India. Sejak 2015, SPACETIDE telah menyelenggarakan konferensi bisnis ruang angkasa, yang mempertemukan berbagai pihak yang tertarik untuk mengembangkan solusi teknologi dan bisnis di luar angkasa. Kerja sama ini juga sejalan dengan kebijakan nasional India, seperti program Make in India, yang bertujuan untuk meningkatkan produksi lokal, termasuk di sektor luar angkasa.
Dengan kolaborasi yang semakin erat antara Jepang dan India, diharapkan kemajuan teknologi luar angkasa, termasuk solusi untuk mengatasi sampah ruang angkasa, dapat memberikan manfaat global. Inovasi seperti sistem laser ini tidak hanya akan membantu membersihkan orbit Bumi, tetapi juga membuka peluang baru untuk pengembangan layanan luar angkasa yang lebih aman dan berkelanjutan.