Menteri Kesehatan, Tenaga Kerja, dan Kesejahteraan Jepang, Takamaro Fukuoka, menyatakan bahwa pemerintah akan mengambil langkah untuk meningkatkan gaji perawat sebagai upaya mengatasi kekurangan tenaga kerja yang signifikan.
Dalam wawancara terbaru, Fukuoka menyebutkan bahwa kekurangan staf di fasilitas perawatan merupakan masalah yang "sangat serius." Ia menyoroti rendahnya kenaikan gaji di sektor ini dan menyampaikan rencana untuk memasukkan kebijakan bantuan dalam paket ekonomi mendatang. Tujuannya adalah memastikan peningkatan upah agar fasilitas perawatan mampu menarik tenaga kerja yang memadai dan menjaga stabilitas layanan.
Mengenai reformasi sistem pensiun, Fukuoka mengungkapkan bahwa subkelompok Dewan Keamanan Sosial sedang membahas perluasan cakupan pekerja dalam program pensiun karyawan *kosei nenkin*, serta isu-isu lainnya. Diskusi ini akan terus dilanjutkan dengan berkonsultasi bersama Partai Demokrat Liberal dan mitra koalisinya, Komeito, untuk mencapai kesimpulan pada akhir tahun. "Peningkatan level pensiun dasar menjadi salah satu prioritas utama," ujarnya.
Dalam menangani kekurangan dokter di daerah pedesaan, Fukuoka mengatakan bahwa kementeriannya akan merancang langkah-langkah strategis yang disesuaikan dengan kondisi lokal, yang akan diumumkan bulan depan.
Fukuoka juga menekankan pentingnya pengembangan sistem dukungan berbasis komunitas untuk membantu lansia yang hidup sendiri. Kementerian saat ini sedang menyusun pedoman bagi perusahaan yang memberikan layanan dukungan seumur hidup kepada lansia, guna mendorong perkembangan bisnis tersebut secara sehat.
Category: Info Seputar Jepang
Musim Gugur Terpanas di Jepang
Jepang mengalami musim gugur terpanas dalam sejarahnya, yang tercatat sejak pertama kali dilakukan pengukuran pada tahun 1898. Di tengah tingginya jumlah wisatawan yang datang untuk menikmati pemandangan dedaunan yang berubah warna menjadi merah dan kuning, suhu udara pada bulan September dan November lebih tinggi 1,97 derajat Celsius dibandingkan dengan rata-rata suhu musim gugur sebelumnya. Kejadian ini menjadi sorotan, mengingat dampak perubahan iklim yang semakin nyata di seluruh dunia, mengganggu pola cuaca musiman yang sudah berlangsung lama.
Gangguan musim gugur ini menyusul musim panas yang tercatat sebagai yang terpanas dalam sejarah Jepang. Pada musim panas, suhu rata-rata pada bulan Juli dan Agustus tercatat 1,76 derajat Celsius lebih tinggi dari rata-rata suhu musim panas antara tahun 1991 hingga 2020. Perubahan suhu yang ekstrem ini mengakibatkan penundaan salju di Gunung Fuji, yang biasanya mulai turun pada pertengahan Oktober. Namun, tahun ini, suhu yang lebih hangat menyebabkan salju baru turun lebih lambat, memperlihatkan dampak langsung dari krisis iklim global.
Gunung Fuji, yang merupakan ikon Jepang, biasanya sudah diselimuti salju pada pertengahan Oktober sebagai tanda dimulainya musim dingin. Namun, tahun ini, suhu hangat mempengaruhi penutupan salju di gunung tertinggi Jepang tersebut. Bahkan, pada 26 Oktober, Gunung Fuji tidak memiliki salju sama sekali, memecahkan rekor sebelumnya pada tanggal yang sama pada tahun 1955 dan 2016. Kejadian ini semakin memperjelas bagaimana perubahan cuaca yang tidak terduga akibat perubahan iklim dapat mempengaruhi fenomena alam yang sudah menjadi bagian dari tradisi Jepang.
Selain itu, peningkatan suhu di seluruh Jepang juga memengaruhi perubahan warna dedaunan musim gugur. Daerah seperti Tokyo, Nagoya, dan Sapporo mengalami suhu rata-rata yang lebih tinggi. Di Tokyo, suhu meningkat 2,4 derajat Celsius, sedangkan di Nagoya meningkat 2,9 derajat Celsius. Sapporo di bagian utara juga mengalami peningkatan suhu sekitar 1,2 derajat Celsius. Dampaknya, dedaunan tidak berubah warna secepat biasanya, mengganggu waktu yang ideal bagi wisatawan untuk menikmati pemandangan musim gugur di Jepang.
Perubahan ini berdampak pada sektor pariwisata, terutama di Kyoto, yang terkenal dengan hutan pohon maple yang memikat wisatawan. Perusahaan kereta api di Kyoto terpaksa mengubah jadwal operasional jalur kereta yang melewati hutan maple, mengingat warna dedaunan yang tidak berubah tepat waktu. Menurut Japan Meteorological Agency (JMA), waktu terbaik untuk menikmati dedaunan musim gugur di Tokyo tahun ini adalah sekitar tanggal 5 Desember, sementara di Osaka sekitar 9 Desember—keduanya lebih lambat dari waktu biasanya. Fenomena ini menggarisbawahi betapa besarnya pengaruh perubahan iklim terhadap ritme alam di Jepang.
WNI Tusuk Pasutri Jepang karena Judol
Seorang warga negara Indonesia (WNI) bernama Yogi Ageng Prayogo (24) ditangkap oleh polisi di Kota Kakegawa, Prefektur Shizuoka, Jepang. Ia diduga melakukan perampokan dan penusukan terhadap pasangan suami-istri lanjut usia (pasutri lansia) yang berusia 81 tahun dan 78 tahun. Kedua korban mengalami luka parah dan saat ini masih dirawat intensif di rumah sakit.
Menurut Kementerian Luar Negeri (Kemlu), penangkapan terjadi pada 27 November 2024. Direktur Jenderal Perlindungan WNI dan Badan Hukum Indonesia, Judha Nugraha, mengungkapkan bahwa Yogi adalah peserta magang di perusahaan bahan baku bangunan di Chihama dan telah tinggal di Jepang selama dua tahun.
"Motif pelaku melakukan perampokan ini adalah untuk memenuhi kebutuhan judi online (judol)" jelas Judha. Ia menambahkan bahwa pihak Kepolisian Kakegawa tengah melakukan investigasi mendalam, dan Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Tokyo akan memberikan pendampingan kekonsuleran untuk memastikan hak-hak hukum Yogi terpenuhi sesuai aturan setempat.
Sementara itu, anggota Komisi I DPR RI Sukamta turut angkat bicara terkait kasus ini. Ia menekankan pentingnya pendampingan hukum bagi Yogi, meskipun tindakan yang dilakukannya sangat disayangkan.
“Bantuan hukum adalah hak dasar yang harus diberikan kepada WNI yang tersangkut perkara di luar negeri. Pemerintah harus memastikan akses pendampingan hukum yang memadai bagi Yogi,” ujar Sukamta dalam keterangan resmi, Selasa (2/12/2024).
Namun, Sukamta menyoroti perlunya langkah preventif untuk mencegah kasus serupa di masa depan. Ia meminta pemerintah memperketat edukasi bagi WNI yang akan bekerja di luar negeri, terutama dalam pengelolaan keuangan dan nilai-nilai moral.
“Edukasi pra-keberangkatan menjadi sangat penting agar mereka tidak terjerumus dalam masalah yang merugikan diri sendiri dan mencoreng nama bangsa,” tegasnya.
Ia juga mendesak KBRI Tokyo untuk terus menjalin komunikasi dengan Kepolisian Kakegawa guna memperoleh informasi lengkap mengenai proses hukum serta kondisi para korban.
Kasus ini menjadi perhatian serius di tengah meningkatnya tantangan bagi WNI yang bekerja di luar negeri, terutama terkait risiko terjerumus dalam masalah hukum akibat tekanan ekonomi dan sosial.
Kartu Asuransi Kesehatan Digantikan oleh Kartu My Number
Pemerintah Jepang mengumumkan bahwa mulai hari Senin, kartu asuransi kesehatan tradisional tidak akan lagi diterbitkan. Sebagai gantinya, kartu asuransi kesehatan akan diintegrasikan dengan kartu My Number, yang telah digunakan untuk berbagai keperluan administratif di Jepang. Langkah ini diambil sebagai bagian dari upaya untuk menyederhanakan sistem administrasi negara, dengan menggabungkan berbagai data pribadi dalam satu kartu yang dapat digunakan untuk berbagai layanan publik. Dengan perubahan ini, warga negara Jepang diharapkan dapat mengakses layanan kesehatan secara lebih efisien melalui kartu My Number yang sudah terhubung dengan berbagai informasi pribadi.
Meskipun kartu asuransi kesehatan baru tidak akan diterbitkan lagi, mereka yang sudah memiliki kartu asuransi kesehatan yang masih berlaku dapat terus menggunakannya hingga 1 Desember 2025. Ini memberikan waktu transisi bagi mereka untuk mendaftar dan mengintegrasikan kartu My Number dengan informasi asuransi kesehatan mereka. Untuk menggunakan kartu My Number sebagai pengganti kartu asuransi kesehatan, masyarakat diharuskan mengikuti prosedur pendaftaran yang dapat dilakukan melalui beberapa cara. Pendaftaran ini dapat dilakukan secara daring di situs resmi pemerintah, melalui pembaca kartu di rumah sakit atau klinik, serta di ATM Seven Bank yang tersedia di berbagai toko swalayan.
Bagi mereka yang memiliki kartu My Number yang sudah kedaluwarsa, diperlukan pengajuan permohonan pembuatan kartu baru di kantor wilayah setempat. Kartu My Number yang baru akan terhubung langsung dengan data asuransi kesehatan, sehingga mempermudah proses verifikasi identitas dan akses ke layanan kesehatan. Proses pendaftaran ini bertujuan untuk memastikan bahwa data pribadi dan informasi kesehatan individu dapat dikelola dengan lebih baik dan lebih aman, serta meminimalisir kemungkinan kesalahan atau kebocoran informasi.
Kartu My Number yang terintegrasi ini memiliki sejumlah manfaat signifikan bagi sistem layanan kesehatan Jepang. Dengan kartu ini, institusi medis dapat mengakses data pasien secara langsung, termasuk informasi resep obat, catatan pemeriksaan kesehatan, dan data lainnya yang relevan. Hal ini memungkinkan mereka untuk memberikan pilihan perawatan yang lebih tepat sesuai dengan kondisi pasien. Proses verifikasi identitas juga lebih aman, di mana pasien dapat memverifikasi identitas mereka menggunakan kode empat digit atau melalui teknologi pengenalan wajah, yang memastikan bahwa layanan kesehatan yang diterima benar-benar sesuai dengan individu yang bersangkutan.
Namun, sistem ID My Number yang pertama kali diperkenalkan pada tahun 2016 tidak langsung diterima dengan baik oleh masyarakat Jepang. Pada awalnya, sistem ini menghadapi berbagai tantangan, termasuk kebocoran data pribadi dan kesalahan pendaftaran yang menyebabkan ketidakpercayaan di kalangan publik. Meskipun demikian, pemerintah Jepang terus berusaha untuk meningkatkan sistem ini, dan dengan adanya integrasi kartu My Number dengan asuransi kesehatan, diharapkan dapat memperbaiki efisiensi dan keamanan pengelolaan data pribadi di masa depan. Diharapkan, perubahan ini akan mempermudah akses masyarakat ke layanan kesehatan dan meningkatkan kualitas perawatan yang diberikan.
Pesona Hiroshima Yang Menawan
Prefektur Hiroshima terletak di Jepang bagian barat, di antara Pegunungan Chugoku di utara dan Laut Pedalaman Seto di selatan. Meskipun geografinya membuat Hiroshima tampak seperti destinasi yang sulit dijangkau, kota ini mudah diakses melalui jaringan shinkansen (kereta peluru), yang memungkinkan perjalanan cepat dari Kyushu atau Kanto. Bandara Hiroshima juga melayani penerbangan domestik dengan frekuensi tinggi. Meskipun Hiroshima sering dikaitkan dengan kehancuran akibat bom atom, kota dan prefektur ini menawarkan lebih dari sekadar kenangan kelam masa perang. Dari kehidupan Edo di Takehara dengan arsitektur yang dipugar dengan cermat, hingga pabrik nihonshu (anggur beras Jepang) terkenal di Saijo, Hiroshima memiliki berbagai lanskap sejarah, budaya, dan kuliner yang menarik.
Sejarah dan Budaya Hiroshima memiliki sejarah yang kaya, dari periode Edo hingga abad ke-20, yang layak untuk dieksplorasi. "Taman Peringatan Perdamaian Hiroshima" Pada 6 Agustus 1945, Amerika Serikat menjatuhkan bom atom di pusat perdagangan dan politik Hiroshima, menewaskan lebih dari 80.000 orang seketika. Hingga akhir tahun, lebih dari 140.000 orang tewas akibat ledakan tersebut. Sebagai penghormatan kepada korban, kota ini membangun Taman Peringatan Perdamaian yang mencakup berbagai monumen. Salah satunya adalah "Kubah Bom Atom", satu-satunya bangunan yang selamat dari pengeboman dan sekarang menjadi simbol kehancuran. Tugu Peringatan Korban Bom Atom memuat nama-nama korban, dan Museum Peringatan Perdamaian menyediakan wawasan lebih dalam tentang peristiwa tersebut. Kota Takehara Terletak di bagian selatan Prefektur Hiroshima, Takehara dikenal sebagai "Kyoto Kecil" berkat bangunan-bangunan yang terawat baik dari periode Edo dan Meiji. Jalan Honmachi-Dori yang sepanjang setengah kilometer dipenuhi dengan bangunan bersejarah, termasuk Kediaman Yoshii, yang dibangun pada akhir abad ke-17 oleh seorang pedagang ternama. Untuk mempelajari lebih lanjut tentang sejarah lokal, kunjungi Museum Sejarah dan Cerita Rakyat Kota Takehara.
TEMPAT WISATA ALAM
Itsukushima (Miyajima) Miyajima, yang terletak di Teluk Hiroshima, terkenal dengan "Kuil Itsukushima", yang sudah ada sejak abad ke-6 dan terkenal dengan gerbang torii besar yang tampak mengapung saat air pasang. Selain kuil, pulau ini menawarkan Taman Momijidani yang indah di musim gugur, Gunung Misen dengan pemandangan yang menakjubkan, serta lebih dari 1.000 rusa liar yang menghuni pulau. Okunoshima dikenal sebagai "Pulau Kelinci," Okunoshima terletak di Laut Pedalaman Seto, dan dapat dicapai melalui feri dari Tadanoumi. Pulau ini terkenal dengan populasi kelinci liar yang ramah. Namun, Okunoshima juga memiliki sejarah gelap sebagai tempat produksi senjata kimia pada Perang Dunia II. Museum Gas Racun memberikan wawasan lebih dalam tentang sejarah kelam pulau ini.
KULINER LOKAL
Okonomiyaki ala Hiroshima, Okonomiyaki adalah hidangan khas yang populer di banyak bagian Jepang, namun di Hiroshima, cara pembuatannya sedikit berbeda. Di sini, bahan-bahannya disusun secara terpisah, dimulai dengan lapisan tepung, dan di atasnya ditambahkan bahan seperti daging, sayuran, dan mi yakisoba. Hiroshima memiliki sejumlah toko okonomiyaki per kapita tertinggi di Jepang, menjadikannya hidangan yang wajib dicoba.
Nihonshu (Sake) di Saijo, sebuah daerah di Hiroshima, dikenal sebagai salah satu ibu kota sake Jepang, dengan sejarah produksi nihonshu yang dimulai sejak abad ke-17. Saijo memiliki pabrik-pabrik sake yang terbuka untuk umum setiap bulan, memberikan kesempatan bagi pengunjung untuk melihat proses pembuatan dan mencicipi sake lokal. Setiap bulan Oktober, festival nihonshu di Saijo menarik ribuan pengunjung.
REKOMENDASI DESTINASI LAINNYA DI HIROSHIMA
1. Taman Nasional Lereng Bukit Bihoku: Menawarkan pemandangan bunga musim semi yang menakjubkan dan iluminasi liburan pada bulan November dan Desember.
2. Tiram Hiroshima: Prefektur ini menghasilkan sekitar 60-70% tiram Jepang, dan menjadi tempat yang sempurna untuk menikmati hidangan laut.
3. Shobara: Kota kecil di timur laut Hiroshima yang merupakan basis yang ideal untuk mendaki Pegunungan Chugoku, menawarkan liburan tenang jauh dari keramaian.
Pria Jepang ditangkap karena Mengubur Mayat Ibunya
Kasus unik terjadi di Jepang, di mana seorang pria berusia 71 tahun bernama Ryuichi Kurata ditangkap karena diduga "membuang" jenazah ibunya di sebuah pemakaman. Namun, sebenarnya ia tidak benar-benar membuat ibunya, melainkan menguburkan mayat ibunya yang meninggal. Hal ini memicu perdebatan tentang definisi sebenarnya dari "membuang" jenazah.
Kurata mengaku bahwa ia menguburkan jenazah ibunya di tanah yang ia sewa di pemakaman tersebut. Meskipun metode ini tidak umum, muncul pertanyaan apakah tindakannya dapat dianggap sebagai "pembuangan" jenazah mayat. Di Jepang, kremasi adalah cara yang paling lazim dilakukan, di mana abu jenazah biasanya disimpan di bawah nisan. Sebaliknya, menguburkan jenazah langsung di tanah bukanlah praktik yang biasa.
Kasus ini menimbulkan diskusi mengenai perbedaan antara "menguburkan" dan "membuang" jenazah. Apakah tindakan mengubur jenazah di tanah milik pribadi dapat dianggap melanggar hukum? Dalam kasus serupa sebelumnya, Mahkamah Agung Jepang memutuskan bahwa menyembunyikan jenazah tidak selalu berarti "membuang" jika ada niat memberikan penghormatan di kemudian hari.
Dalam kasus Kurata, pertanyaan utamanya adalah apakah tindakannya mencerminkan niat untuk menghormati ibunya. Mengingat jenazah dikubur di petak makam keluarga, ada kemungkinan tindakan ini dilakukan dengan tujuan penghormatan. Namun, keputusan akhir akan mempertimbangkan bukti dan interpretasi hukum yang berlaku.
Kasus ini menggarisbawahi kompleksitas hukum terkait penanganan jenazah di Jepang, serta pentingnya dukungan sosial bagi individu yang menghadapi kehilangan.
Mayoritas Rumah Tangga di Tokyo Lajang pada 2050
Lebih dari 50% rumah tangga di ibu kota Jepang, Tokyo, diperkirakan akan dihuni oleh satu orang dalam waktu kurang dari 25 tahun. Perkiraan ini berdasarkan laporan terbaru dari National Institute of Population and Social Security Research (IPSS), yang dirilis pada 12 November lalu. Laporan tersebut mencakup proyeksi susunan rumah tangga di seluruh Jepang hingga tahun 2050, dengan rincian per prefektur.
Rasio rumah tangga yang dihuni oleh satu orang di wilayah metropolitan Tokyo diperkirakan akan mencapai 54,1% pada 2050, sementara 26 prefektur lainnya juga diprediksi akan mengalami peningkatan signifikan, dengan lebih dari 40% rumah tangga di prefektur-prefektur tersebut hanya dihuni oleh satu orang. Proyeksi ini mencerminkan perubahan demografi yang signifikan di Jepang, yang dipengaruhi oleh perpindahan kaum muda ke kota-kota besar, penuaan populasi, dan rendahnya angka pernikahan serta kelahiran.
Jumlah total rumah tangga di Jepang diperkirakan akan turun sebesar 5,6% pada tahun 2050, dari 55,71 juta rumah tangga pada tahun 2020 menjadi 52,61 juta rumah tangga. Penurunan terbesar diprediksi terjadi di 40 prefektur, dengan Akita mengalami penurunan rumah tangga sebesar 29,1%. Prefektur lainnya, seperti Aomori, Iwate, Yamagata, Nagasaki, Kochi, dan Tokushima, juga diperkirakan akan mengalami penurunan lebih dari 20%.
Di sisi lain, jumlah rumah tangga yang dihuni oleh satu orang akan terus meningkat. Pada tahun 2020, terdapat 21,15 juta rumah tangga satu orang, dan angka ini diperkirakan akan naik menjadi 23,30 juta pada tahun 2050. Peningkatan terbesar diperkirakan terjadi di Okinawa, Saitama, Shiga, dan Chiba, dengan rasio rumah tangga satu orang tumbuh lebih dari 20%. Secara nasional, rumah tangga yang dihuni satu orang diperkirakan akan mencakup 44,3% dari total rumah tangga pada tahun 2050, dengan Tokyo, Osaka, Kyoto, Fukuoka, Hokkaido, Kanagawa, dan Kagoshima mencatatkan angka lebih tinggi, mencapai 45%.
Selain itu, rata-rata jumlah anggota rumah tangga diprediksi akan turun di bawah dua orang pada sebagian besar prefektur pada tahun 2040. Pada tahun 2020, hanya Tokyo yang memiliki rata-rata keanggotaan rumah tangga serendah itu, tetapi pada 2040, 26 prefektur diperkirakan akan mencatatkan angka serupa, dan 34 prefektur akan mengalaminya pada 2050. Rata-rata terendah diperkirakan terjadi di Tokyo dan Hokkaido dengan 1,78 orang per rumah tangga, sementara yang tertinggi akan tercatat di Yamagata dengan 2,15 orang per rumah tangga.
Dengan menurunnya jumlah anggota rumah tangga, jumlah rumah tangga tunggal yang dihuni oleh individu berusia 65 tahun atau lebih juga diprediksi akan meningkat. Pada tahun 2020, terdapat 7,38 juta rumah tangga lansia, dan jumlah ini diperkirakan akan melonjak 46,9% menjadi 10,84 juta pada tahun 2050. Rumah tangga lansia ini akan menyumbang 20,6% dari total rumah tangga di Jepang pada 2050, dengan angka tertinggi di prefektur seperti Ehime (24,9%), Tokushima (25,3%), dan Kochi (27%).
Selain rumah tangga yang dihuni oleh lansia, jumlah rumah tangga dengan banyak anggota yang dipimpin oleh seorang lansia juga akan meningkat secara signifikan. Diperkirakan lebih dari 50% rumah tangga di 21 prefektur akan terdiri dari lansia pada pertengahan abad ini. Di luar Tokyo, lebih dari 40% rumah tangga di seluruh prefektur diprediksi akan dipimpin oleh lansia pada 2050. Proyeksi ini menandakan perubahan mendalam dalam struktur sosial Jepang, dengan meningkatnya jumlah rumah tangga tunggal dan rumah tangga yang dipimpin oleh lansia, akibat penuaan populasi yang terus berlanjut.
Gempa 6,6 SR Guncang Jepang Tengah
Pada Selasa malam, gempa bumi berkekuatan 6,6 skala Richter mengguncang kawasan Ishikawa dan prefektur lainnya di Jepang bagian tengah, menurut laporan Badan Meteorologi Jepang (JMA). Meskipun gempa ini cukup kuat, pihak berwenang tidak mengeluarkan peringatan tsunami. Kejadian ini menjadi perhatian karena wilayah tersebut sedang dalam proses pemulihan setelah gempa besar yang terjadi pada Hari Tahun Baru.
Gempa terjadi pada pukul 10:47 malam, dengan intensitas yang tercatat 5 pada skala intensitas seismik Jepang. Wilayah yang mengalami guncangan terkuat adalah Wajima dan Shika di Semenanjung Noto, yang keduanya mencatatkan angka tertinggi 7 pada skala tersebut. Noto sendiri adalah kawasan yang saat ini masih memulihkan diri dari dampak gempa besar yang mengguncang kawasan itu pada awal tahun ini. Awalnya, JMA melaporkan gempa tersebut dengan kekuatan 6,4 SR, tetapi setelah pemeriksaan lebih lanjut, angka tersebut direvisi menjadi 6,6 SR. Kedalaman gempa yang semula diperkirakan 10 km, juga dikoreksi menjadi 7 km dari permukaan laut.
Pemerintah setempat melaporkan bahwa akibat gempa ini, seorang wanita berusia 70-an di Tsubata terluka dan menerima perawatan medis. Di kota Suzu, Keiko Sakamoto, seorang operator izakaya berusia 72 tahun, menyatakan kekhawatirannya akan potensi runtuhnya rumah tua di sekitarnya yang sudah rusak parah akibat gempa pada Tahun Baru dan sedang dalam proses penghancuran. Di Suzu, guncangan tercatat dengan intensitas 4 pada skala Jepang, meskipun kerusakan tidak dilaporkan secara signifikan.
Sebagai langkah pencegahan, layanan kereta peluru di jalur Hokuriku Shinkansen, antara Toyama dan Kanazawa, dihentikan sementara setelah gempa terjadi. Namun, tidak ada laporan kerusakan yang signifikan pada infrastruktur transportasi maupun fasilitas penting lainnya. Pembangkit listrik tenaga nuklir Shika yang terletak di Prefektur Ishikawa juga tidak mengalami masalah, menurut pernyataan dari Hokuriku Electric Power Co., yang mengonfirmasi bahwa operasi pembangkit berjalan normal setelah kejadian tersebut.
Selama gempa, guncangan dengan intensitas seismik 1 atau lebih tinggi dilaporkan di wilayah yang sangat luas, mencakup daerah dari timur laut hingga barat Jepang. Badan Meteorologi Jepang terus memantau situasi dan mengimbau warga untuk tetap waspada terhadap potensi gempa susulan. Pemerintah daerah dan layanan darurat siap memberikan bantuan jika diperlukan, sementara otoritas setempat bekerja untuk memastikan keselamatan masyarakat.
Rakuten Luncurkan Layanan Pengiriman Robot
Rakuten Group Inc. baru-baru ini meluncurkan layanan pengiriman barang menggunakan robot di sejumlah lokasi di dalam dan sekitar Distrik Harumi, Chuo Ward, Tokyo. Layanan inovatif ini memungkinkan pelanggan untuk memesan berbagai produk, mulai dari makanan hingga barang kebutuhan sehari-hari, dari supermarket atau toko mitra. Setelah dipesan, robot akan mengantarkan barang ke lebih dari 62 lokasi tujuan, termasuk taman, tempat kerja, atau gedung apartemen. Layanan ini merupakan bagian dari upaya Rakuten untuk memanfaatkan teknologi otomasi dalam memenuhi kebutuhan konsumen di kota metropolitan yang padat seperti Tokyo.
Layanan pengiriman robot ini resmi dimulai pada 6 November 2024, dan saat ini dapat diakses di seluruh Distrik Harumi serta sebagian Distrik Tsukishima dan Kachidoki, yang juga terletak di wilayah Chuo. Lebih dari 5.300 produk dari berbagai gerai seperti Starbucks Coffee Co., Yoshinoya Co., dan supermarket Bunka-do tersedia untuk dipesan oleh pelanggan. Dengan berbagai pilihan produk yang ditawarkan, layanan ini bertujuan memberikan kemudahan bagi warga Tokyo yang ingin memesan barang tanpa harus meninggalkan rumah atau tempat kerja mereka.
Setiap pengiriman menggunakan robot ini dikenakan biaya pengiriman sebesar 100 yen (termasuk pajak), selain harga barang yang dipesan. Robot pengantar ini dirancang untuk berjalan secara otomatis sepanjang rute yang telah ditentukan, namun sistem kontrol jarak jauh memungkinkan operator untuk mengendalikan robot di persimpangan atau titik-titik berbahaya untuk memastikan perjalanan yang aman dan lancar. Dengan teknologi ini, Rakuten berharap dapat mengurangi biaya operasional dan meningkatkan efisiensi dalam proses pengiriman barang di kawasan perkotaan.
Layanan ini juga menandai langkah pertama Rakuten dalam mengimplementasikan pengiriman tanpa awak di Tokyo. Sebagai pionir dalam penggunaan robot untuk pengiriman barang di Jepang, Rakuten berencana untuk terus memperluas jangkauan layanan ini ke area-area lain di Tokyo dan daerah sekitarnya. Perusahaan juga berencana untuk menambah jumlah toko yang bekerja sama dengan layanan pengiriman robot ini, sehingga semakin banyak pelanggan yang dapat menikmati kemudahan pengiriman tanpa harus bergantung pada kurir manusia.
Dengan semakin berkembangnya teknologi otomatisasi, Rakuten berharap dapat memberikan solusi pengiriman yang lebih efisien, cepat, dan ramah lingkungan. Melalui inisiatif ini, perusahaan tidak hanya ingin meningkatkan pengalaman pelanggan, tetapi juga berkontribusi pada perkembangan sektor logistik dan transportasi yang lebih modern. Layanan pengiriman robot ini diharapkan menjadi bagian dari tren yang lebih besar dalam mengubah cara kita berbelanja dan menerima barang, seiring dengan kemajuan teknologi yang terus berkembang pesat di berbagai industri.
“Lost and Found” Kepolisian Tokyo
Kehilangan Barang di Tokyo: Proses Pemulihan yang Teliti
Kehilangan barang, baik itu payung, kunci, atau bahkan hewan langka seperti tupai terbang, jarang sekali terjadi tanpa solusi di Tokyo. Polisi setempat hampir pasti akan menangani barang hilang dengan saksama, memastikan barang tersebut kembali ke pemiliknya. Bahkan di kota besar dengan populasi 14 juta jiwa seperti Tokyo, sistem pengembalian barang yang hilang berjalan dengan sangat efisien. Menurut Hiroshi Fujii, seorang pemandu wisata berusia 67 tahun yang bekerja di pusat barang hilang milik Kepolisian Tokyo, pengunjung asing sering terkejut saat barang mereka berhasil ditemukan dan dikembalikan. “Di Jepang, selalu ada harapan bahwa barang yang hilang akan kembali,” ujarnya. Tradisi melaporkan barang yang ditemukan di tempat umum ini sudah menjadi "ciri khas nasional" dan diwariskan dari generasi ke generasi.
Pusat Barang Hilang yang Tertata Rapi
Di pusat kepolisian distrik Iidabashi, Tokyo, sekitar 80 staf bekerja keras untuk memastikan barang-barang yang ditemukan terorganisir dengan baik. Sistem basis data digunakan untuk memudahkan proses pencarian dan pengembalian barang kepada pemiliknya. Semua barang yang ditemukan, mulai dari dompet hingga ponsel, diberi label dan disortir dengan hati-hati agar dapat segera dikembalikan. Direktur pusat, Harumi Shoji, menjelaskan bahwa barang-barang yang sering hilang adalah kartu identitas dan SIM, namun tak jarang pula hewan-hewan seperti anjing, kucing, tupai terbang, dan bahkan iguana ditemukan dan diserahkan ke kantor polisi. Para petugas, yang berusaha menjaga hewan-hewan ini dengan penuh perhatian, akan berkonsultasi dengan dokter hewan atau referensi lainnya untuk memastikan kesejahteraan mereka sampai pemiliknya datang. Pada tahun lalu, lebih dari empat juta barang ditemukan dan diserahkan ke Kepolisian Metropolitan Tokyo. Sekitar 70 persen dari barang-barang berharga seperti dompet, ponsel, dan dokumen penting berhasil dikembalikan kepada pemiliknya. "Meski hanya sebuah kunci, kami memasukkan detail seperti gantungan kunci maskot yang terpasang," kata Shoji, seraya menunjukkan ruangan penuh dengan barang-barang yang ditemukan. Di pusat tersebut, puluhan orang datang setiap hari untuk mencari atau mengambil barang yang hilang, yang telah diserahkan oleh staf di stasiun kereta atau kantor polisi lokal. Jika barang yang ditemukan tidak diambil oleh pemiliknya dalam waktu dua minggu, barang tersebut akan dipindahkan ke pusat barang hilang. Namun, jika dalam tiga bulan tidak ada yang datang untuk mengambilnya, barang yang tidak diinginkan akan dijual atau dibuang.
Salah satu fenomena unik di Tokyo adalah jumlah payung yang hilang setiap tahunnya. Sekitar 300.000 payung hilang pada tahun lalu, namun hanya sekitar 3.700 yang berhasil dikembalikan. Shoji menjelaskan, “Kami memiliki lantai khusus untuk payung. Selama musim hujan, ada begitu banyak payung sehingga troli payung bisa meluap, dan kami harus menyimpannya dalam dua tingkat.” Payung yang hilang menambah jumlah barang yang perlu dikelola oleh pusat, namun upaya untuk mengembalikannya tetap berjalan dengan efisien.
Tantangan Baru Pasca-Pandemi
Jumlah barang hilang yang ditangani oleh pusat ini meningkat seiring dengan peningkatan jumlah wisatawan yang datang ke Jepang pasca-pandemi. Selain itu, dengan perkembangan teknologi, semakin banyak barang kecil seperti earphone nirkabel dan kipas angin genggam yang sering ditemukan. Pusat barang hilang Tokyo, yang telah beroperasi sejak 1950-an, terus beradaptasi dengan tren baru ini untuk memastikan pengembalian barang yang cepat dan efisien. Di Tokyo, budaya melaporkan barang yang ditemukan dan upaya untuk mengembalikannya ke pemiliknya bukan hanya soal prosedur, tetapi merupakan bagian dari identitas sosial yang dijaga dengan penuh kehormatan. Tradisi ini membuktikan bahwa di tengah kesibukan kota besar, harapan untuk menemukan barang yang hilang tidak pernah padam.